Selasa, 08 Juli 2008

DETIK-DETIK MENJELANG KIAMAT

Sedang asyik chatting, sore itu, jam 14.17 aku ditelpon seseorang, suaranya begitu kukenal. Ia mengajak untuk bertemu disuatu tempat, yang biasa aku kunjungi. Aku menyanggupi. Bergegas aku meluncur, dan rupanya ada pertemuan beberapa pejabat dan pengusaha kelas kakap, malah kelas paus. Ya, ditempat ini, aku ketemu seorang pengusaha sukses dari Jakarta. Orangnya masih muda, mungkin 40-an tahun. Suaranya parau…dandanannya necis…parlente…persis pembesar dinegeri ini. Kami kenalan dan berbasa-basi sejenak..suguhan kopi panas dan sebungkus rokok disodor…., ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas besar, warna hitam. Rupanya berisi peta…ya..peta topografi Kalbar, sangat lengkap dan detail. Dengan bangganya ia mengeluarkan tujuh lembar peta wilayah, dan menandai beberapa lokasi. Tandanya warna merah—biru—kuning. Merah untuk daerah yang sudah dibeli, kuning untuk daerah yang sedang diusahakan dibeli dan biru bagi daerah yang potensial utk dibeli.
“hei..lihat, nih peta kalbar…ada peta kebun..peta hutan..peta tambang”
“hanya perlu dua bulan aku menguasai wilayah ini”
“maklum saja, dengan uang… aku bisa beli tuh pejabat”
“mereka memang hebat secara politik, tapi tetap kalah sama aku….”
Ia menoleh kepadaku dengan senyum mengembang…sinis. Aku diam dan tengadah…dengan sorot mata tajam. Tanganku mengepal…rahangku gemeretak.
”bagaimana bapak bisa mendapatkan wilayah ini, sedangkan bapak belum pernah pergi ketempat ini ?”
“wah gampang,…kan ada para ahli yang bisa disewa..kan ada pejabat yang bisa disuap…kan ada politisi yang menjadi back up…kan ada pegawaiku yang bisa mengurus ini semua”
Keningku mengernyit. Aku letakkan pulpen diatas meja.
“tapi inikan sudah tumpang tindih dengan wilayah kelola masyarakat pak”
“nah kalau soalnya itu, kan ada pejabat yang berwenang nanti urusnya…gampang”
“kita pegang Jakarta”
“persetan dengan tanah rakyat….kan ini tanah Negara. Hanya Tuhan pemiliknya !!!”
Mataku mendelik marah…kok diremehkan benar orang daerah ? memangnya semua orang daerah bisa dibeli gitu ? aku tahu, memang semua ini ulah Jakarta….disanalah hidup orang-orang yang selama ini menguras daerah….menipu daerah…dengan kebijakan…dengan uang…dengan kekuasaan….dengan kekuatan senjata. Merasa tidak sepaham, daripada stress sendiri, aku menjauh. Tidak ada gunanya aku disitu lagi. Sikap acuhku mengundang tertawaan beberapa teman….aku tetap acuh….dan dengan kesal aku mulai jaga jarak…menepi dan pergi.
****

Sejujurnya aku sangat ngantuk malam ini….tapi, pikiranku nggak jelas….menerawang jauuuuhh. Aku masuk kedapur dan membuat secangkir kopi….aku angkat kursi rotan tua,…dan duduk dibawah pohon mangga….menikmati indahnya malam. Malam ini, aku ditemani seseorang yang jauh diseberang Laut China Selatan…..yang tampak hanya kata-kata…via sms.

Diatas sana, aku melihat dunia penuh bintang….indah, kemerlap….aku salut-- mereka mampu menyinari seluruh isi bumi…aku iri dengan bintang…aku ingin seperti mereka, biar aku juga mampu menyinari seluruh orang-orang dikampungku…yang aku tahu, belum menikmati indahnya dunia kini. Aku ingin menyinari seluruh jiwa manusia keparat-keparat itu,,,,untuk sejenak berpikir dan berbuat bagi keselamatan umat bumi dan alam semesta..termasuk menghargai Tuhan yang menciptakan mereka….dimasa mendatang.

Aku melirik laptop Accerku. Ialah temanku satu-satunya yang setia hingga detik ini. Ya…inilah perkembangan zaman…modern kata para pengamat itu. Dibeberapa artikel yang pernah aku baca, dengan alat ini, aku mungkin mampu melawan mereka…manusia-manusia laknak itu. Aku ingin dunia juga tahu, bahwa masih ada manusia yang walaupun kecil…mau berbuat untuk bangsanya…walau ditekan dan terus ditekan…sampai tak mampu bangun dari tidur panjangnya.

Sejenak aku terkenang manusia-manusia dikampungku,…yang terpencil…walau hanya 90 Km dari pusat perkembangan. Mereka manusia kecil yang terperangkap modernisasi. Mereka dalam kebingungan…maju untuk bertahan hidup atau mundur selangkah dan menunggu…datangnya kiamat.

Di kota, tampak sekali bahwa dunia terus berubah..terus berbenah dan terus maju…tetapi, cobalah anda lihat orang-orang kampungku ? mereka seakan enggan mencari tahu….perubahan yang amat menakutkan dan enggan memikirkan masa depan. Mereka masih asyik dengan romantsme kearifan nenek moyangnya, dengan praktek terbaik masa lalu, dimana semua tersedia, dimana semua hidup aman, berdampingan satu sama lain…, tapi akankah mereka mampu bertahan dtengah terjangan orang luar yang dalam hitungan detik menghancurkan mereka ?

Aku tahu, mereka hanya punya satu kekayaan---TANAH. Tapi kini, tanah mereka telah habis total dikapling-kapling oleh kaum borjuis—kaum kapitas bersama para penguasa dan para penjilat yang mengatasnamakan pembangunan---mengatasnamakan peningkatan kesejahteraan rakyat….yang membangkang habis digilas…yang protes siap-siap saja untuk mati.

Dan aku juga tahu, orang-orang dikampungku tidakmenyadari bahwa ternyata kekayaan mereka yang telah dijaga turun-temurun, dan hanya satu-satunya pun telah terengut kaum kapitalis itu, kaum yang terus menindas---menggilas kaum lemah. Yang kuat menindas yang lemah---yang kaya menindas yang miskin…yang pintar menindas yang bodoh….dan aku tahu, mungkin anda juga salah satu penindas itu ?



0 Comments: