Minggu, 06 Juli 2008

ADAKAH PINTU BAGIKU…..
(potret warga kepulauan)

Sabtu itu, …..ketika berjalan ditepian pantai berbatu terjal, tak sengaja aku berpapasan dengan seorang perempuan setengah umur, wajahnya kuyu, bibirnya pucat. Rambutnya sudah memutih, agak acak-acakan, mungkin terkena angin laut yang meradang sore tadi dan tidak disisir lagi…….Ada lingkaran hitam di sekitar matanya, mungkin kurang tidur, pikirku. Sebentar-sebentar dia menggosok matanya untuk menghapus beberapa tetes air mata, yangsempat terjatuh hingga dipangkal hidungnya yang tampak keriput. Ia sedang mengemas dan mencecer beberapa baskom kepah. Kepah adalah sejenis kerang, didalam laut yang dangkal. Masih termasuk siput. Aku juga melihat, sudah berkali-kali ia berusaha mengeringkan air matanya. Aku hanya diam. Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan atau lakukan jika sudah menghadapi hal seperti ini….. Kuhisap rokok “sampoerna mild”ku sambil menanti perempuan ini selesai menangis. Kubiarkan dia menumpahkan kesedihannya dalam tangis, dengan kepah ditangannya. Beberapa anak kecil bersamanya, juga mencecer kepah. Aku memberanikan diri menghampirinya, dan dengan lembut memegang pundaknya. Aku berusaha menyabarkannya, menjelaskan bahwa hidup memang demikian adanya. Tidak semua orang menjadi kaya, punya segalanya. Aku juga jelaskan bahwa sebenarnya, semua manusia memimpikan hidup bahagia, tanpa melihat profesi atau jumlah kekayaan. Toh, kaya belum tentu bahagia kan ?.....ia menoleh, memegang tanganku. Sesaat kemudian, mulailah dia bercerita. Dia memperkenalkan namanya Endah, usia 41 tahun dan berasal dari Sei Kunyit. Bersama sang suami yang nelayan, dan 3 anaknya, ia sudah hampir sepuluh tahun bekerja sebagai pemungut kepah di pulau terpencil itu. Tuntutan hidup membuat dia berani menaklukan ganasnya ombak dan bebatuan disepanjang pantai, Laut China Selatan. Ia memakai sarung tangan plastic dan sandal jepit, merk Swallow. Dengan jujur, ia katakana bahwa sebetulnya dia tidak suka dengan hidup dipulau kecil ini. Ia ingin hidup lebih baik, untuk anak-anaknya. Semula dia tinggal dipulau seberang, menanam kelapa dan memanennya setiap hari. Aku mengernyitkan dahi…..menerawang jauh. Seandainya aku jadi Endah, aku juga akan merasakan betapa pedih. Mungkin aku tidak tahan menahan pandangan orang yang melecehkan mereka dipulau kecil. Dulu aku juga pernah jengkel, ketika banyak pejabat mengesampingkan pembangunan dikepulauan terluar ini. Endah, mungkin hanyalah salah satu dari sekian banyak orang yang ingin berubah derajat hidupnya, direpublik yang sudah merdeka 60-an tahun ini. Namun pembangunan kerap terhalang oleh sikap, pandangan dan kebijakan yang tidka berpihak kepada warga kepulauan. Aku harus belajar menerima Endah dan menghargai dirinya dan sekelompok penduduk yang tinggal dipulau ini.
****

Waktu masih menunjukan pukul 23.00. Disekeliling tenda kamu, ribuan “band” jangkrik saling sesahutan…memecah kesunyian malam. Makhluk seisi pulau sudah hanyut dalam lautan mimpi….ditemani gemerlapnya bintang dilangit yang menghitam. Dari jauh, dilautan lepas, puluhan nelayan masih mengais rejeki….perlahan aku berjalan tertatih menuju seonggok batu…..aku memang inginkan suasana itu…menutup kejenuhan hidup dikota…..

Ya…aku ingin meditasi….ingin suasana silentium….untuk sekedar merenungkan arti kehidupan yang kini kujalani dengan tulus….diatas batu ini, aku kembali mengingat ketika aku mulai belajar berjalan….ketika aku mulai melangkahkan kakiku setapak demi setapak…..ingat ketika aku pertama kali memandang segala sesuatu dari kakiku yang mungil….segala sesuatunya terasa begitu jauh dan tak terjangkau oleh tangan-tanganku.

Aku menengadahkan kedua tanganku ke atas…memohon petunjuk dari sang penguasa alam…memohon kekuatan alam… dan aku melihat lampu-lampu ditengah laut lepas…indah, aku takjub dan kagum melihatnya, lalu aku mengulurkan tangan untuk menjangkaunya. Tapi tak sanggup….. segala sesuatu nampak begitu jauh dan….. tak mungkin terjangkau bagi tangan dan kakiku yang berusaha untuk menggapainya.

Lalu aku mendengar sebuah suara lembut memanggilku….. mataku nanar dan mencari-cari…. berkeliling dengan tertatih-tatih, tapi aku tidak menemukannya. Suara itu memanggilku lagi. Aku semakin penasaran dan menjejakkan kakiku ke pasir putih cepat-cepat untuk mencari sumber suara itu. Tangan dan kakiku berusaha menjaga keseimbangan ketika aku berlari untuk menemukan siapa yang memanggilku….dan tendaku roboh…..Suara itu begitu lembut, suara yang aku tahu berasal dari orang yang baru kukenal…..dan….suara itu terdengar memanggil lagi, aku memandang sekelilingku sekali lagi, tapi aku tetap tidak menemukan orang yang memanggilku itu….. yang aku lihat disekitarku hanyalah batu….pasir….ombak…. yang berserakkan.Aku berlari dan dan melonggok ke pantai lepas…, kalo-kalo sumber suara itu berasal dari sana. Dan aku mendengar suara itu sekali lagi, disertai dengan tawa yang lembut….."Kemana aku mencarimu ? Lihat aku ada didalam mimpimu."

Aku mendongakkan kepalaku dan melihat sumber suara itu. Ibu muda….. yang seakan berdiri di hadapanku dan tersenyum melihatku. Aku pun tersenyum dan berpikir "Hei, lihat aku dapat menemukanmu." Lalu aku mengulurkan tanganku dengan tulus…, mencoba mengapainya. Mencoba menciumnya, mencoba memegang tangannya. Namun, aduhhh!!! tanganku tidak dapat mencapainya…..dan tanganku terbakar api….melepuh. Tiba-tiba dia terasa begitu jauh dariku. Ia berdiri menjulang tinggi dan tak dapat ku raih. Aku mulai kecewa dan menangis. Aku menginginkanmu!!! Aku ingin menciummu, memegang pipimu, aku ingin menarik rambutmu….aku ingin mendekapmu…dalam kedinginan malam ini. Aku menginginkan….tanganmu yang lembut, tapi aku tidak dapat mencapainya ... kamu terasa begitu jauh.

Dan tiba-tiba aku merasa tubuhku terangkat. Ada sepasang tangan yang memegang pinggangku. Aku melihat ibu itu tersenyum dan berkata, "Nah, aku menemukanmu!" Aku mengapai dengan tanganku, dan HEI lihat, sorakku, aku bisa memegang pipimu. Ia tertawa ketika tangan-tanganku memegang pipinya. Bahkan ketika salah satu tanganku menarik rambutnya ..mencium keningnya….ia tertawa dan menarik ku mendekat kepadanya dan….ia mencium pipiku. Aku tertawa kesenangan…akhirnya aku bisa meraih nya. Oh tidak, akhirnya ia bisa meraihku dan mendekapku……dengan hangat dan gairah....




0 Comments: